Welcome to my blog, visit other blog at wordpress :D


More Goodies @ NackVision

Menjawab postingan: "5 Years vs 2 Hours"

29 November 2010

       Hari Rabu tanggal 24 November 2010 bertempat di Ruang Seminar Dr. Roza Sjamsoe'oed pukul 14.20 akhirnya saya disidangkan atas 5 tahun "keberadaanku" di kampus MIPA Unsyiah.
       Selama kurang lebih 1 jam 15 menit saya berusaha menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para penguji serta pembimbing (merangkap penguji) atas apa yang telah saya kerjakan dan atas tulisan dalam laporan skripsi yang mereka-mereka pegang menyangkut penelitian saya.

oya, back to posting sebelumnya dulu dikit ya, tentang suasana dalam ruang saat sidang :D :
       Siang-malam terus terbayang akan situasi saat sidang, duduk manis di depan para pembimbing serta penguji, dengan sebuah meja yang bertempatkan setinggi pinggang dengan kumpulan kertas di atasnya, memegang sebuah spidol untuk menuliskan berbagai jawaban secara matematika atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka-mereka  yang berada di depan pandanganku. Jantungku yang berdetak kencang, tangan terus menggenggam spidol yang mulai kusam warna putih isolasinya. Aku harus tetap berkonsentrasi untuk menanggapi dan menjawab semua tantangan.

       Ya, ternyata situasi yang saya prediksikan itu hampir 100% benar, hanya saja tentang "jantungku berdetak kencang" itu yang tidak berdebar kencang, tapi masih tetap berdetak (kalau gak berdetak lagi, berarti udah "Game Over" dong saya, :D).

5 Years vs 2 Hours

23 November 2010

      Menghitung detik demi detik, menit ke menit, jam terus berganti tanpa ada seorang makhluk pun yang bisa menghentikannya. 
      5 tahun, L.I.M.A, ya, lima tahun sudah ku menimba ilmu di kmpus ini, menuntut ilmu mempelajari berbagai aspek, edukasi, sosial, eksekutif serta aspek legislatif (perundang-undangan yang mengatur tatanan kelembagaan mahasiswa).
     Waktu, kurang lebih 17 jam lagi bagi ku untuk menyiapkan segala sesuatunya. Saat ini yang bisa ku lakukan hanya belajar dan berdo'a supaya di hari "penentuan keberhasilan kulaihku" yang segera mengetuk otak ku berkesesuaian dengan apa yang aku harapkan jauh-jauha hari sebelum "ia" datang. Memegang buku, mempelajari kembali semua apa yang kuketahui sebelumnya untuk memantapkan pengetahuan yang tersimpan dalam otakku. Mengadahkan tangan seraya memohon petunjuk dan mengharap ridha-Nya untuk kesuksesan pada "pertanggungjawaban 5 tahun kuliah" besok siang.
      Siang-malam terus terbayang akan situasi saat sidang, duduk manis di depan para pembimbing serta penguji, dengan sebuah meja yang bertempatkan setinggi pinggang dengan kumpulan kertas di atasnya, memegang sebuah spidol untuk menuliskan berbagai jawaban secara matematika atas

"Layaknya Seorang Mama"

19 November 2010

        Seorang wanita bermahkota ibu sungguh-sungguh sangat berperan penting dalam kedekatan "kontak batin" antara dirinya dengan si buah hati. Dari semenjak rahimnya ditempati oleh si buah hati, dia sudah berbagi kasih, merelakan apa yang dia miliki untuk keselamatan "si kebahagiannya itu", kemana dia pergi dia selalu menjaga dan memperhatikan janinnya dengan kontak batin yang dimiliki oleh seorang ibu.
       Hanya ibu yang tau bagaimana tingkah laku "si buah hati" dalam perutnya, sang ayah mencari nafkah untuk kehidupan keluarga agar si ibu sehat dan bisa menyehatkan isi dalam rahimnya itu.
        Pepatah mengatakan, "Surga dibawah telapak kaki ibu", betul itu...
        Namun, ada beberapa dari "penghuni bumi Allah" ini salah memaknai dari petatah indonesia ni, (bukan petatah arab, abisnya tulisannya dalam bahasa indo sih, hehe), mereka benar-benar berpendapat surga ada tepat dibawah telapak kaki ibunya, sampai-sampai ada yang mengangkat telapak kaki si ibu tuk melihat surga ibu, ada pula yang menganggap begini, "dibawah telapak kaki ibu kan alas kakinya, berarti surga itu adalah alas kaki ibu", itu semua disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki oleh anak amat sangat "krisis".
        Singkat menyingkat cerita yang sudah sering kita dengar tentang fenomena-fenomena ini maka peran sang ibu sangat menentukan pendidikan keturunannya.


       By the way any busway,
       Nah, terus hubungannya dengan judul postingannya apa? Kenapa harus judul ni?
       Oya ya, belum dijelaskan lagi ya kenapa judul "Layaknya Seorang Mama" jadi judul postingan pertama di blog ini, maap-maap.....tadi sedang bernostalgia dengan namanya "Seorang wanita bermahkota ibu", hehehehe.....peace \^_^/ 
       Baiklah kalau begitu!!??!! Kan dijelaskan