Welcome to my blog, visit other blog at wordpress :D


More Goodies @ NackVision

[STORY] "Kalau Saja Aku Tahu"

31 December 2010

Suatu pagi seorang ahli bangunan dipanggil oleh sang raja.
"Aneh", pikirnya, "tidak biasanya aku dipanggil oleh raja. Ada apa, ya? Aku 'kan baru saja menyelesaikan rumah pesanan raja untuk salah satu penasehatnya. Apa aku melakukan kesalahan..."
Setelah dipikir-pikir, tukang bangunan itu merasa tidak punya salah apa-apa. "Yah, apa boleh buat. Apapun yang disampaikan raja, aku harus menguatkan hatiku."
Lalu ahli bangunan itu pun pergi menghadap raja. Sesampainya di depan tahta kerajaan, raja pun mengeluarkan titahnya:


"Wahai ahli bangunan, buatlah satu rumah lagi!"
"Berapa lama, tuanku?"
"Kerjakan saja sesukamu."
"Berapa biaya untuk membuatnya?"
"Aku memiliki 1 karung emas. Gunakan sesukamu."
"Seperti apa bentuk rumahnya?"
"Atur saja sesukamu."
"Dimana aku harus membangunnya?"
"Tentukan saja sesukamu."

"Wah, jarang-jarang raja memberi tugas semudah ini. Aku boleh membuatnya sesukaku. Karena aku baru saja menyelesaikan satu rumah, aku kerjakan rumah ini kalau ingin saja. Toh, waktu membuatnya terserah aku."

Setelah menerima titah raja yang menurutnya sangat ringan tersebut, sang ahli bangunan pun mengerjakan rumah itu sekenanya. Kalau sedang malas, dia tidak mengerjakannya. Bahkan ketika dia punya niat untuk mengerjakannya, bahan bangunan yang dia beli pun bukan kualitas terbaik. Bentuknya pun terkesan asal dan tidak mempertimbangkan unsur estetika/keindahan. Benar-benar rumah yang sekedar untuk tempat berteduh. Bukan rumah yang nyaman ditinggali dan membuat betah penghuninya.

"Pita Hitam Untuk Aceh"

26 December 2010

Sepertinya kali ini saya akan beralih tema, kali ini saya mencoba mem-posting sebuah tulisan yang berbau berita.

Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat Aceh pada hari ini untuk merefleksikan perasaan tentang bencana gempa dan tsunami enam tahun lalu.

Di mesjid raya Baiturrahman, misalnya, bentuk mengenang salah bencana alam terbesar di dunia itu dengan menanam bunga kertas bertuliskan pesan dan perasaan dari sekitar 40.000 orang dari berbagai belahan dunia bagi korban tsunami di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Sabtu (25/12). Bunga kertas tersebut dibuat oleh mahasiswa jepang untuk di pamerkan di sejumlah kota di Indonesia.

Berita ini menjadi menarik (menurut saya) karena Timnas Indonesia yang akan bertanding pada babak final leg pertama AFF Suzuki Cup 2010 (yang merupakan "pesta ASEAN" bagi pecinta bola yang terselengara 4 tahun sekali (betol gak!!??)) melawan Malaysia, di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, nanti malam, akan mengenakan pita hitam di lengan sebagai tanda berkabung.

Judul "Pita Hitam Untuk Aceh" saya ambil dari headline news salah satu surat kabar lokal Aceh, Serambi Indonesia, hari ini.

Kerendahan dan Kerinduan Hati

19 December 2010

Entah kenapa, saat ini aku ingin menulis tentang makna atau bagian dari hati.
Ingin rasanya ku menuliskannya, walau hanya sedikit saja..

Ku teringat sebuah artikel yang bertajuk islami yang melukiskan hati untuk meneguhkan jiwa, mengokohkan pondasi hidupnya dalam merantaui perjalanan panjang dibarengi singkat ini.

Artikel itu bersajak seperti ini ("Kerendahan hati", 10 Maret 2004 at 09:58):
Hatiku ...jujurlah...
Kalau engkau tak sanggup menjadi cemara yang kokoh di puncak bukit,
jadilah saja belukar yang teguh di tepi jurang...
Belukar itu senantiasa istiqomah dalam perjuangannya untuk hidup.
Ia belajar dari kesehariannya untuk mendewasakan batangnya,
batangnya yang menyanggahnya untuk tidak masuk ke dalam jurang...

Anniversary "struggle 36 hours for 25 minutes" (Dec. 12)

13 December 2010

Hari ini hari minggu, pada tanggal yang sama pada satu tahun lalu jatuh di hari sabtu (kalo gak percaya coba saja liat kalender, hehe). Ada momen penting yang teringat olehku pada tanggal ini di tahun lalu, yaitu mempresentasikan hasil penelitanku yang telah dinyatakan lulus seleksi dari segi topik dan isi oleh para reviewer dalam ajang Seminar Nasional Sistem Informasi Indoensia (SESINDO) 2009 yang dilaksanakan oleh Kampus Fakultas Sistem Informasi - ITS, surabaya.

back to date of December 9, 2009
Hari rabu, pagi hari saya menjumpai pembimbing saya untuk membahas tentang keberangkatan saya ke Surabaya, sekitar 1 s.d 2 jam kami berbincang-bincang sreta menyusun stategi perang - macam mau perang betolan aja ni - untuk berlaga di medan pertempuran SESINDO nantinya. Ya, karena saya sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di tanah juang erek-erek suroboyo. Dan pada saat itu kepastian dana untuk keberangkatan belum juga ada titik terang padahal sudah pada H-2 acara itu, tapi Alhamdulillah untuk nota pembayaran seminar dan tiket penerbangan Medan-Jakarta sudah dapat terselesaikan dengan bantuan sokongan dana dari pembimbing dan untuk penginapan selama saya berada di kota surabaya itu di rumah family dari pembimbing saya :D.

Siang harinya baru dipastikan bahwa dana dari proposal yang kami (saya dan pembimbing) ajukan ke pihak terkait ternyata tidak membuahkan hasil yang baik. Akhirnya saya mengambil start untuk membuat proposal pengiriman delegasi mahasiswa prestasi dari lembaga yang saat itu saya duduki.

Hari kamis 10 Desember 2009, di pagi hari smapai dengan siangnya saya disibukkan dengan proposal yang telah saya buat pada kemarin malam yang harus saya masukkan sebelum pukul 12.00 WIB. Pada saat itu dana yang saya ajukan tidak mungkin keluar segera karena harus melalui proses2 yang telah diaturan dalam aturan birokrasi lembaga pendidikan tersebut. Namun, Alhamdulillah lembaga saya memberi sokongan dana transportasi yang bisa menutupi hingga saya kembali lagi ke tanoh rencong ini.

(persiapan perbekalan telah dilakukan dan skrg waktunya pemberangkatan)
Kamis malam setelah shalat maghrib saya di antar oleh teman yang juga satu kelompok research DMIR, bustami, ke terminal bus, karena harga tiket maskapai penerbangan pada akhir tahun melonjak drasntis. Akhirnya saya putuskan naik bus dengan kosekuensi waktu yang sudah sangat-sangat saya perhitungkan secara detail (mantap coiii). Dan di terminal  ada juga kawan satu bimbimbingan research (alim dan kawannya, asrol) yang datang mengantarkan CamDig untuk saya (statusnya minjam sih, hehe). Dan berangkatlah saya ke Medan dengan tujuan ke Bandara Polonia Medan.

Menjawab postingan: "5 Years vs 2 Hours"

29 November 2010

       Hari Rabu tanggal 24 November 2010 bertempat di Ruang Seminar Dr. Roza Sjamsoe'oed pukul 14.20 akhirnya saya disidangkan atas 5 tahun "keberadaanku" di kampus MIPA Unsyiah.
       Selama kurang lebih 1 jam 15 menit saya berusaha menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para penguji serta pembimbing (merangkap penguji) atas apa yang telah saya kerjakan dan atas tulisan dalam laporan skripsi yang mereka-mereka pegang menyangkut penelitian saya.

oya, back to posting sebelumnya dulu dikit ya, tentang suasana dalam ruang saat sidang :D :
       Siang-malam terus terbayang akan situasi saat sidang, duduk manis di depan para pembimbing serta penguji, dengan sebuah meja yang bertempatkan setinggi pinggang dengan kumpulan kertas di atasnya, memegang sebuah spidol untuk menuliskan berbagai jawaban secara matematika atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka-mereka  yang berada di depan pandanganku. Jantungku yang berdetak kencang, tangan terus menggenggam spidol yang mulai kusam warna putih isolasinya. Aku harus tetap berkonsentrasi untuk menanggapi dan menjawab semua tantangan.

       Ya, ternyata situasi yang saya prediksikan itu hampir 100% benar, hanya saja tentang "jantungku berdetak kencang" itu yang tidak berdebar kencang, tapi masih tetap berdetak (kalau gak berdetak lagi, berarti udah "Game Over" dong saya, :D).

5 Years vs 2 Hours

23 November 2010

      Menghitung detik demi detik, menit ke menit, jam terus berganti tanpa ada seorang makhluk pun yang bisa menghentikannya. 
      5 tahun, L.I.M.A, ya, lima tahun sudah ku menimba ilmu di kmpus ini, menuntut ilmu mempelajari berbagai aspek, edukasi, sosial, eksekutif serta aspek legislatif (perundang-undangan yang mengatur tatanan kelembagaan mahasiswa).
     Waktu, kurang lebih 17 jam lagi bagi ku untuk menyiapkan segala sesuatunya. Saat ini yang bisa ku lakukan hanya belajar dan berdo'a supaya di hari "penentuan keberhasilan kulaihku" yang segera mengetuk otak ku berkesesuaian dengan apa yang aku harapkan jauh-jauha hari sebelum "ia" datang. Memegang buku, mempelajari kembali semua apa yang kuketahui sebelumnya untuk memantapkan pengetahuan yang tersimpan dalam otakku. Mengadahkan tangan seraya memohon petunjuk dan mengharap ridha-Nya untuk kesuksesan pada "pertanggungjawaban 5 tahun kuliah" besok siang.
      Siang-malam terus terbayang akan situasi saat sidang, duduk manis di depan para pembimbing serta penguji, dengan sebuah meja yang bertempatkan setinggi pinggang dengan kumpulan kertas di atasnya, memegang sebuah spidol untuk menuliskan berbagai jawaban secara matematika atas

"Layaknya Seorang Mama"

19 November 2010

        Seorang wanita bermahkota ibu sungguh-sungguh sangat berperan penting dalam kedekatan "kontak batin" antara dirinya dengan si buah hati. Dari semenjak rahimnya ditempati oleh si buah hati, dia sudah berbagi kasih, merelakan apa yang dia miliki untuk keselamatan "si kebahagiannya itu", kemana dia pergi dia selalu menjaga dan memperhatikan janinnya dengan kontak batin yang dimiliki oleh seorang ibu.
       Hanya ibu yang tau bagaimana tingkah laku "si buah hati" dalam perutnya, sang ayah mencari nafkah untuk kehidupan keluarga agar si ibu sehat dan bisa menyehatkan isi dalam rahimnya itu.
        Pepatah mengatakan, "Surga dibawah telapak kaki ibu", betul itu...
        Namun, ada beberapa dari "penghuni bumi Allah" ini salah memaknai dari petatah indonesia ni, (bukan petatah arab, abisnya tulisannya dalam bahasa indo sih, hehe), mereka benar-benar berpendapat surga ada tepat dibawah telapak kaki ibunya, sampai-sampai ada yang mengangkat telapak kaki si ibu tuk melihat surga ibu, ada pula yang menganggap begini, "dibawah telapak kaki ibu kan alas kakinya, berarti surga itu adalah alas kaki ibu", itu semua disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki oleh anak amat sangat "krisis".
        Singkat menyingkat cerita yang sudah sering kita dengar tentang fenomena-fenomena ini maka peran sang ibu sangat menentukan pendidikan keturunannya.


       By the way any busway,
       Nah, terus hubungannya dengan judul postingannya apa? Kenapa harus judul ni?
       Oya ya, belum dijelaskan lagi ya kenapa judul "Layaknya Seorang Mama" jadi judul postingan pertama di blog ini, maap-maap.....tadi sedang bernostalgia dengan namanya "Seorang wanita bermahkota ibu", hehehehe.....peace \^_^/ 
       Baiklah kalau begitu!!??!! Kan dijelaskan