Suatu pagi seorang ahli bangunan dipanggil oleh sang raja.
"Aneh", pikirnya, "tidak biasanya aku dipanggil oleh raja. Ada apa, ya? Aku 'kan baru saja menyelesaikan rumah pesanan raja untuk salah satu penasehatnya. Apa aku melakukan kesalahan..."
Setelah dipikir-pikir, tukang bangunan itu merasa tidak punya salah apa-apa. "Yah, apa boleh buat. Apapun yang disampaikan raja, aku harus menguatkan hatiku."
Lalu ahli bangunan itu pun pergi menghadap raja. Sesampainya di depan tahta kerajaan, raja pun mengeluarkan titahnya:
"Wahai ahli bangunan, buatlah satu rumah lagi!"
"Berapa lama, tuanku?"
"Kerjakan saja sesukamu."
"Berapa biaya untuk membuatnya?"
"Aku memiliki 1 karung emas. Gunakan sesukamu."
"Seperti apa bentuk rumahnya?"
"Atur saja sesukamu."
"Dimana aku harus membangunnya?"
"Tentukan saja sesukamu."
"Wah, jarang-jarang raja memberi tugas semudah ini. Aku boleh membuatnya sesukaku. Karena aku baru saja menyelesaikan satu rumah, aku kerjakan rumah ini kalau ingin saja. Toh, waktu membuatnya terserah aku."
Setelah menerima titah raja yang menurutnya sangat ringan tersebut, sang ahli bangunan pun mengerjakan rumah itu sekenanya. Kalau sedang malas, dia tidak mengerjakannya. Bahkan ketika dia punya niat untuk mengerjakannya, bahan bangunan yang dia beli pun bukan kualitas terbaik. Bentuknya pun terkesan asal dan tidak mempertimbangkan unsur estetika/keindahan. Benar-benar rumah yang sekedar untuk tempat berteduh. Bukan rumah yang nyaman ditinggali dan membuat betah penghuninya.